Ummul Khairiah.
(Mahasiswi Semester 6 Fakultas Psikologi UNM).
Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar kegiatan “Program Psikoedukasi Work-Life Balance” yang ditujukan bagi para petugas layanan di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Provinsi Sulawesi Selatan.
Mahasiswi peserta Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM) yang ditempatkan di UPT PPA Provinsi Sulawesi Selatan ini mengadakan Program Psikoedukasi bertema Work-Life Balance pada Kamis (24 April 2024), bertempat di kantor UPT PPA Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan petugas layanan dalam menjaga serta mengelola keseimbangan antara tuntutan pekerjaan. dan kehidupan pribadi secara lebih efektif dan adaptif.
Ummul Khairiah, salah satu mahasiswa dari Tim BKP Proyek Kemanusiaan di UPT PPA Provinsi Sulawesi Selatan, menjelaskan bahwa pemberian psikoedukasi work-life balance sangat membantu petugas layanan dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
“Kegiatan psikoedukasi ini berlangsung melalui dua tahapan. Tahap pertama adalah pengumpulan data melalui need assessment menggunakan skala Work-Life Balance, untuk mengetahui kebutuhan dan kondisi petugas layanan. Tahap kedua adalah pelaksanaan psikoedukasi yang dilaksanakan pada Kamis, (24 April 2025) di Kantor UPT PPA Provinsi Sulawesi Selatan, dengan jumlah peserta sebanyak 12 orang. Pemateri kegiatan ini yaitu Mutiara Ilyas, M.Psi., Psikolog yang merupakan psikolog klinis di UPT PPA Prov Sulawesi Selatan. Kegiatan mencakup pemaparan matern oleh narasumber, sesi sharing, diskusi interaktif, serta pre-test untuk mengukur pemahaman awal peserta,” kata Delfina Putri Rannu.
Kegiatan Psikoedukasi berlangsung dengan suasana yang interaktif dan kondusif.
Selama sesi berlangsung, peserta tampak antusias dalam menyimak materi yang disampaikan oleh narasumber.
Penyampaian materi dilakukan dengan pendekatan partisipatif, yang memungkinkan peserta untuk terlibat aktif melalui tanya jawab dan berbagi pengalaman seputar tantangan dalam menjaga work-life balance.
Suasana kegiatan menjadi semakin hidup ketika Narasumber membuka sesi sharing, di mana beberapa petugas layanan membagikan pengalaman pribadi mereka dalam menghadapi tekanan pekerjaan dan upaya menjaga keseimbangan hidup.
Hal ini memberikan ruang bagi peserta untuk saling mendukung dan menyadari bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi dinamika pekerjaan sehari-hari.
Respon positif peserta juga terlihat dari partisipasi aktif selama diskusi, serta ketertarikan mereka terhadap strategi praktis yang dibagikan narasumber.
Interaksi yang terjalin antara narasumber dan peserta menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif tidak hanya bagi kesejahteraan individu, tetapi juga terhadap peningkatan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat.
“Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat bagi kami sebagai petugas layanan. Materinya relevan dengan kondisi kerja sehari-hari, dan saya merasa lebih. termotivasi untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi,” ujar salah satu peserta psikoedukasi.
Setelah itu, kami melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan topik pembahasan yang masih berkaitan dengan work-life balance.
FGD ini diikuti oleh 12 petugas layanan yang sebelumnya juga menjadi peserta dalam kegiatan psikoedukasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali lebih dalam pengalaman nyata para peserta dalam menghadapi tantangan pekerjaan sehari-hari, sekaligus menampung masukan yang bersifat solutif dan aplikatif.
Dalam diskusi ini, peserta diberikan ruang untuk menyampaikan pandangan, pengalaman pribadi, serta tantangan yang mereka hadapi dalam menjaga keseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Beberapa peserta mengungkapkan bahwa beban kerja yang tinggi, kondisi kerja yang dinamis, serta keterbatasan waktu pribadi sering kali menjadi hambatan dalam menjaga kesejahteraan diri dan keluarga. Kondisi ini, apabila dibiarkan, dapat berdampak pada performa kerja maupun kesehatan mental petugas layanan.
“Melalui FGD ini, saya jadi lebih sadar bahwa menjaga work-life balance bukan hanya penting untuk diri sendiri, tapi juga berdampak pada kualitas layanan yang kami berikan. Diskusi tadi sangat membuka wawasan dan memberi semangat baru,” ungkap salah satu peserta FGD.
Selain berbagi pengalaman, peserta juga bersama-sama merumuskan berbagai solusi dan strategi yang dapat diterapkan di lingkungan kerja, seperti pengaturan waktu kerja yang lebih fleksibel, pentingnya dukungan rekan sejawat, hingga perlunya jeda istirahat yang cukup selama jam kerja.
Kegiatan FGD ini menjadi wadah refleksi kolektif sekaligus sarana untuk mempererat hubungan antarpetugas layanan, memperkuat empati satu sama lain, serta membangun kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental dan emosional dalam menjalankan tugas pelayanan secara keseluruhan, kegiatan FGD berlangsung dengan suasana aktif, terbuka, dan partisipatif.
Para peserta terlihat nyaman dalam menyampaikan pendapat, dan diskusi berlangsung dengan penuh rasa saling menghargai.
Kegiatan ini menghasilkan sejumlah masukan dan rekomendasi yang bernilai dan dapat dipertimbangkan oleh pihak manajemen UPT PPA Provinsi Sulawesi Selatan dalam merancang kebijakan internal guna meningkatkan kesejahteraan petugas layanan secara menyeluruh.
