Bantaeng – Hari Buruh Internasional merupakan hari yang diperingati untuk menghormati kontribusi kaum pekerja terhadap pembangunan ekonomi dan sosial.
Awalnya, May Day lahir sebagai bagian dari perjuangan kaum buruh untuk menuntut pemberlakuan jam kerja 8 jam sehari.
Pengurus Cabang Badan Buruh dan Pekerja Pemuda Pancasila dalam memperingati May Day, menggelar acara ‘Diskusi Publik’ yang bertajuk “Refleksi May Day, Sejarah dan Masa Depan Buruh” yang dilangsungkan di Cafe Teras Belakang di Jalan Elang (Lorong SMKN 1 Bantaeng). Sabtu, (10 Mei 2025).
Kegiatan ini turut serta dihadiri pengurus Organisasi Kepemudaan, pengurus Organisasi Buruh dan Buruh perusahaan, perwakilan DPD II KNPI Bantaeng, Ketua dan Anggota PMII Bantaeng, Pengurus Pemuda Muhammadiyah, Ketua Pengurus Cabang SEMMI Bantaeng, Pengurus SBIPE-KIBA dan perwakilan dari Huady Bantaeng Industrial Park (HBIP).
Irham Al-Hurr selaku Ketua Cabang Badan Buruh dan Pekerja Pemuda Pancasila mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan ini sebagai bentuk penghargaan yang besar kepada buruh.
“Perjuangan buruh adalah tonggak penting dalam sejarah kemajuan sosial, maka penting kita merefleksi perjuangan dengan agenda dialog publik bersama semua pihak,” kata dia.
Dialog publik ini juga menghadirkan beberapa Narasumber, diantaranya dari Dinas Tenaga Kerja, Ilham Canning., Ketua Aliansi Pengusaha Indonesia (APINDO), Andi Adrianti Latippa Karaeng Rita., Ketua Serikat Buruh Industri, Pertambangan dan Energi Kawasan Industri Bantaeng (SBIPE-KIBA) Junaid Judda dan Ketua Eksekutif Kabupaten Bantaeng Federasi Serikat Perjuangan Buruh Indonesia Konfederasi Serikat Nusantara (ESKAB FSPBI KSN), Aldi Naba.
Ilham Canning yang mewakili Disnaker Bantaeng mengatakan bahwa pemerintah kabupaten Bantaeng siap hadir mendampingi para buruh.
“Pemerintah harus hadir sebagai lembaga negara yang melindungi buruh dan pekerja,” kata dia.
Sedangkan Junaid Judda saat menyampaikan pandangannya tentang refleksi May Day, mengatakan: “Buruh harus sadar bahwa gerakannya adalah gerakan yang massif, dimana pada 1 Mei 1886, ribuan buruh di Chicago melakukan aksi mogok untuk menuntut pengurangan jam kerja menjadi delapan jam sehari. Saat itu, jam kerja di banyak pabrik mencapai 10-16 jam sehari”.
Sementara Aldi Naba saat menyampaikan pandangannya tentang refleksi May Day, mengatakan: “Organisasi perburuhan bukan hanya harus fokus pada pekerja di Perusahaan Huadi, tapi juga harus memperhatikan buruh di tempat-tempat usaha seperti Alfamart dan Indomart, karena organisasi perburuhan adalah mitra”.
Ditempat yang sama, Andi Adrianti Latippa Karaeng Rita selaku Ketua Apindo dan Manajer HRD Huadi dalam penyampaiannya, mengatakan bahwa di Bantaeng juga perlu kita perhatikan terkait buruh yang juga berada dan diluar dari perusahaan smelter.
“Kita menyadari seolah ketika kita berbicara buruh, semua berbicara perusahaan smelter yang berada di KIBA. Padahal banyak perusahaan yang bergerak di Bantaeng memakai tenaga kerja yang secara data kita belum tahu. Apakah mereka bekerja pemenuhan hak-haknya telah diberikan oleh perusahaan pemberi kerja atau tidak, dan ini menjadi PR kita bersama,” kata Karaeng Rita.
Dalam Dialog Publik Refleksi May Day 2025 ini, kata Karaeng Rita, kedepan kita diskusikan bersama untuk dapat membuat dewan pengupahan sebagai langkah nyata untuk dapat mengawal dan memastikan semua perusahaan yang berada di Kabupaten Bantaeng menerapkan aturan/ketentuan dan UU yang berlaku di negara ini.
“Sehingga mereka yang terdampak PHK telah diberikan hak-haknya sebagai pekerja/buruh,” kata Karaeng Rita.
Lp: Tiwa Jalapala.
